Nama Tantowi Yahya belakangan ramai menjadi pemberitaan media. Wasekjen Partai Golkar itu diketahui melakukan kunjungan ke Israel beberapa waktu lalu.
Di negeri zionis itu, Tantowi mengaku dijamu oleh petinggi-petinggi negara Israel. Baik dari kalangan parlemen, pemerintah ataupun kampus di wilayah Yahudi.
Hal itu sontak menimbulkan pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera misalnya. Anggota Komisi I DPR bidang pertahanan dan luar negeri itu menyesalkan kunjungan Tantowi ke Israel.
Menurutnya, tindakan itu bertentangan dengan konstitusi negara. Sebab, hubungan dalam bentuk apapun dengan Israel, merupakan sebuah pelanggaran konstitusi, karena Indonesia menentang penjajahan.
"Kita menyesalkan dan tetap mengingatkan bahwa hubungan diplomatik dalam bentuk apapun dengan Israel bertentangan dengan ruh konstitusi kita, yang tegas menentang penjajahan," jelas Mardani dalam pesan singkat, Rabu (12/6).
Nama negeri zionis Israel sebenarnya tak asing di telinga rakyat Indonesia. Sejak zaman Presiden Soekarno, Indonesia kukuh menolak mengakui keberadaan Israel sebagai suatu negara.
Sebab, negeri Bani Israil itu menjajah tanah rakyat Palestina. Hal itu tentu tak sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yang menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi.
Meski segala bentuk rayu dilakukan Israel terhadap Indonesia, Bung Karno dan wakilnya Moh Hatta tak goyang atas pendiriannya. Salah satu contohnya adalah rencana Israel memberi pengakuan kedaulatan penuh kepada Indonesia pada 1950.
Saat itu, Bung Hatta hanya menjawab telegram dari Menteri Luar Negeri Israel Moshe Sharett itu dengan ucapan terimakasih. Bung Hatta tidak menerima pengakuan kedaulatan dari Israel.
Bahkan, rencana Israel untuk mengirim misi perdamaian ke Indonesia ditolak mentah-mentah oleh proklamator kemerdekaan RI itu. Penolakan itu disampaikan Hatta dalam sebuah surat balasan yang dikirimkannya kepada Sharett pada Mei 1950.
Sikap keras juga ditunjukan oleh Bung Karno terhadap Israel. Bung Karno dengan tegas menyebut Israel sebagai penjajah. Bung Karno dengan tegas mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk merebut tanah airnya dari penguasaan negeri Bintang Daud itu.
"Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel," kata Bung Karno dalam pidatonya pada 1962 silam.
Tak hanya itu, Bung Karno bahkan dengan lantang menentang kepesertaan Israel dan Taiwan di Asian Games. Hal itu ditunjukan Bung Karno dengan tidak mengundang Israel dan Taiwan di Asian Games tahun 1962 yang berlangsung di Jakarta.
Atas sikap tegas Bung Karno itu, Komite Olimpiade Internasional (KOI) kemudian mencabut sementara keanggotaan Indonesia dalam organisasi tersebut. Tak kalah galak, Bung Karno lantas menyatakan Indonesia keluar dari KOI dan menggagas dibentuknya olimpiade tandingan dengan nama GANEFO (Games of the New Emerging Forces).
Ketegasan seperti itu kini cuma sejarah belaka.
Source: Merdeka